Dalam era
globalisasi saat ini dimana perubahan teknologi dan perkembangan IPTEK turut
memberikan pengaruh yang besar terhadap laju pertumbuhan penduduk di dunia pada
umumnya dan di Indonesia pada Khususnya..
Indonesia merupakan
salah satu Negara di Benua Asia dengan jumlah penduduk
berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 mencapai 237,641,326 yang terdiri
atas 119,630,913 penduduk laki-laki dan 118,010,413 penduduk perempuan. Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat, dalam hal ini dimana penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terus
bertambah.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5
juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan
maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau
sebesar 0,27 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka
setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam
terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah
pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa).
Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen)
disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat
di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang tinggi pula.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1971-2010 serta pertumbuhannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun
1971, 1980, 1990, 2 000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Tahun
|
1971
|
1980
|
1990
|
2000
|
2010
|
Jumlah Penduduk
|
118,4
|
149,7
|
179,3
|
205,1
|
237,6
|
Tabel 2
Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (Persen)
Periode
|
1971-1980
|
1980-1990
|
1990-2000
|
2000-2010
|
Laju Pertumbuhan
|
2,30
|
1,97
|
1,49
|
1,49
|
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun
2000-2010 sebesar 1,49 persen pertahun. Artinya bahwa rata-rata peningkatan
jumlah penduduk indonesia per tahun dari tahun 2000 sampai 2010 adalah sebesar
1,49 persen/pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya antara tahun
2000 sampai 2010 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,49 persennya.
Dengan jumlah penduduk sebesar 237,6
juta jiwa tersebut, membuat Indonesia tetap bercokol sebagai negara berpenduduk
terbanyak setelah RRC, India dan Amerika Serikat.
Penduduk Indonesia kemudian tersebar di
beberapa pulau besar di Indonesia yang dimana memiliki 33 provinsi, 399 kabupaten dan 98 kota. Dan
pulau jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk yang sangat padat di
Indonesia dimana dihuni ± 60 % penduduk Indonesia itu sendiri. Dan selebihnya
tersebar di provinsi diluar pulai jawa.
Sulawesi, khususnya Provinsi Sulawesi
selatan berada pada urutan ke 7 jumlah penduduk terbanyak yaitu ± 7,5 juta jiwa. Yang penduduknya tersebar di
21 kabupaten dan 3 kota, Salah satunya adalah Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten
di provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia.
Terletak dibagian selatan provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 395,83 km². terdiri atas 8 kecamatan yang
terbagi atas 21 kelurahan dan 46 desa. Jumlah penduduk mencapai 176.708 jiwa.
A.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui profil demografi Kabupaten Bantaeng.
2.
Untuk
menganalisis data kependudukan Kabupaten Bantaeng
3.
Untuk
menggambarkan mengenai faktor – faktor
demografi Kabupaten Bantaeng.
4.
Untuk
mengenganalisis dan memperbandingkan data kependudukan kabupaten bantaeng
dengan kependudukan Indonesia
5.
Untuk
memenuhi salah satu tugas individu dalam membuat makalah kependudukan mata
kuliah sosiologi kependudukan.
B.
Manfaat
penulisan
makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi gambaran demografi , kondisi
serta hasil analisis data kependudukan Kabupaten Bantaeng.
2. Secara Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi
bahan acuan pembaca untuk melakukan penelitian dengan melihat analisis
kependudukan Kabupaten bantaeng. Analisis Perbandingan kependudukan Kab.
Bantaeng dan Indonesia
Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten
di provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia.
Terletak dibagian selatan provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 395,83 km² atau 39.583 Ha yang dirinci
berdasarkan Lahan Sawah mencapai 7.253 Ha (18,32%) dan Lahan Kering mencapai
32.330 Ha. Secara administrasi Kabupaten
Bantaeng terdiri atas 8 kecamatan yang terbagi atas 21 kelurahan dan 46
desa. Jumlah penduduk mencapai 176,708
jiwa. Kabupaten Bantaeng
terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang
21,5 kilometer yang cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput
laut.
A.
Gambaran Umum
Kabupaten Bantaeng
1.
Keadaan alam
Kabupaten Bantaeng secara geografis
terletak ± 120 km arah selatan Makassar, ibu kota propinsi Sulawesi Selatan
dengan posisi 5º21’13” - 5º35’26” lintang selatan dan 119º51’42” - 120º05’27”
bujur timur.
Kabupaten bantaeng terletak didaerah pantai yang
memanjang pada bagian bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi
untuk perikanan dan wilayah daratannya
mulai dari tepi laut Flores sampai ke pegunungan sekitar gunung Lompobattang
dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian
lebih dari 1000 m diatas permukaan laut.
2. Mata pencaharian
Mayoritas penduduk Kabupaten Bantaeng
bekerja sebagai petani dan nelayan,
selain dari itu ada juga yang bekerja disektor formal maupun di sector non
formal.
Bidang agrowisata yang dimana diberikan
perhatian khusus oleh pemerintah bantaeng yang kemudian menjadikan beberapa
wilayah dikabupaten Bantaeng di dominasi oleh masyarakat yang bekerja dibidang
pertanian
Maraknya pembangunan di Kabupaten
Banteang khusunya di bidang pertanian serta banyaknya pembangunan fasilitas
perindustrian yang saat ini berada di bantaeng yang kemudian mampu menyerap
banyak tenaga kerja khususnya masyarakat bantaeng sehingga saat ini angka
pengagguran Kabupaten Bantaeng berkurang dari 11 % kini berkurang menjadi sekitar 5,11%.
B.
Analisis
kependudukan Kabupaten Banteaeng
Grafik
1 jumlah penduduk kabupaten bantaeng
tahun 2004 – 2010
Grafik
diatas menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantaeng tahun 2004 –
2010 yang dimana dapat dilihat penduduk
Kabupaten Bantaeng terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Melonjaknya
penduduk setiap tahunnya disebabkan oleh salah satu faktor yaitu banyaknya fertilitas
di kalangan rumah tangga miskin yang tak terbendung. Ini dikarenakan anak
dianggap sebagai barang produksi. Berdasarkan
aspek produksi utilitas anak berbeda dengan aspek konsumsi. Karena utilitas
anak lebih dilihat dari aspek kuantitas dan bukan kualitas . Namun teori yang
dikemukakan diatas berbeda dari teori Menurut
Goldscheider terdapat hubungan yang positif antara pendidikan, mata pencaharian
dan pendapatan dengan fertilitas. Hal ini diamati dari dua kecenderungan yang saling
berbeda yaitu; kenaikan fertilitas suatu kelompok karena berstatus lebih tinggi
dan perubahan keinginan kelompok tersebut untuk memiliki keluarga lebih besar;
dan penurunan fertilitas dari kelompok berstatus lebih rendah karena mereka
semakin ekspansif dan sukses dalam menggunakan alat kontrasepsi.
Dahulu
sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak
anak banyak rezeki”, maka sekarang pameo itu berubah menjadi “banyak
anak banyak beban”. Keuntungan financial (materi) dan kebahagiaan yang
diperoleh oleh orang tua apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya
yang dikeluarkan dalam membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu
besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut
dapat membebani orang tuanya. Dari beberapa hasil penelitian tentang
fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang menjadi sebab utama tinggi rendahnya
fertilitas (fertilitas) adalah beban ekonomi keluarga. Dalam hal ini ada dua
pandangan yang saling bertentangan. Pandangan pertama beranggapan bahwa dengan
mempunyai jumlah anak yang banyak dapat meringankan beban ekonomi yang harus
ditanggung orang tua. Di sini anak dianggap dapat membantu (meringankan) beban
ekonomi orang tua bila mereka sudah bekerja. Pandangan kedua, yang dapat
dikatakan pandangan yang agak maju, beranggapan bahwa anak banyak bila tidak
berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua kelak.
Dengan anggapan seperti ini, mereka menginginkan (mengharapkan) jumlah anak
sedikit,tetapi berkualitas.
Banyak faktor yang
mempengaruhi fertilitas (fertilitas) yaitu tingkat pendapatan,biaya anak, jam
kerja, usia kawin pertama, tingkat pendidikan (SLTP ke bawah dan SLTP ke atas,
serta jenis pekerjaan (dalam rumah ataupun luar rumah). Keterkaitan pada
pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan
semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi.
Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan
berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti
biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak
masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping
itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan
anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand”
terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun.
Penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan
kesuburan di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan
adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan.
Semakin tinggi pendidikan semakin rendah
kesuburan begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin
besar pula tingkat kesuburannya. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas
adalah jam kerja yang dihabiskan oleh wanita untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sehari-harinya. Semakin banyak waktu yang dikeluarkan untuk bekerja semakin
kecil kemungkinan untuk memperoleh anak. Dan faktor terakhir yang mempengaruhi fertilitas
yaitu jenis pekerjaan yang dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah. Jika
pekerjaan dilakukan di dalam rumah maka akan semakin besar pula peluang untuk
dapat memiliki anak lebih banyak sementara jenis pekerjaan yang dilakukan di luar rumah peluang untuk menambah anak
akan semakin kecil dikarenakan intensitas waktu di rumah akan berkurang.
1. Perbandingan jumlah penduduk kabupaten Bantaeng
tahun 2008 - 2010
Table 3 Tingkat kepadatan kabupaten bantaeng menurut
kecamaatan 2008
Kecamatan
|
Luas (km2)
|
Jumloah penduduk
|
Kepadatan penduduk (orang/km2)
|
Jumlah rumahtangga
|
Kepadatan per rumahtangga
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
Bissappu
|
32,84
|
30,792
|
938
|
7,439
|
4
|
Uluere
|
67,29
|
10266
|
153
|
2,572
|
4
|
Sinoa
|
43
|
11,852
|
276
|
3,163
|
4
|
Bantaeng
|
28,85
|
35,555
|
1,232
|
8,220
|
4
|
Eremerasa
|
45,01
|
19,030
|
423
|
4,663
|
4
|
Tompobulu
|
76,99
|
23,427
|
304
|
6,079
|
4
|
Pa’jukukang
|
48,9
|
27,565
|
564
|
6,663
|
4
|
Gantarangkeke
|
52,95
|
17,137
|
324
|
4,493
|
4
|
Jumlah
|
395,83
|
175,624
|
444
|
43,292
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Tablel 4 Tingkat kepadatan kabupaten bantaeng menurut
kecamaatan 2009
Kecamatan
|
Luas (km2)
|
Jumloah penduduk
|
Kepadatan penduduk (orang/km2)
|
Jumlah rumahtangga
|
Kepadatan per rumahtangga
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
Bissappu
|
32,84
|
32,824
|
1000
|
7,802
|
4
|
Uluere
|
67,29
|
6,253
|
93
|
2,468
|
3
|
Sinoa
|
43
|
10,333
|
240
|
3,111
|
3
|
Bantaeng
|
28,85
|
44,198
|
1,523
|
8,615
|
5
|
Eremerasa
|
45,01
|
20,260
|
450
|
4,463
|
5
|
Tompobulu
|
76,99
|
19,616
|
255
|
5,725
|
3
|
Pa’jukukang
|
48,9
|
27,301
|
558
|
7,112
|
4
|
Gantarangkeke
|
52,95
|
15,923
|
301
|
4,158
|
4
|
Jumlah
|
395,83
|
176,708
|
446
|
43,427
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Table 5 Tingkat kepadatan kabupaten bantaeng menurut
kecamaatan 2010
Kecamatan
|
Luas (km2)
|
Jumloah penduduk
|
Kepadatan penduduk (orang/km2)
|
Jumlah rumahtangga
|
Kepadatan per rumahtangga
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
Bissappu
|
32,84
|
30,931
|
941,9
|
7,806
|
4,0
|
Uluere
|
67,29
|
10,814
|
160,7
|
2,465
|
4,4
|
Sinoa
|
43
|
11,827
|
275,0
|
3,108
|
3,8
|
Bantaeng
|
28,85
|
36,718
|
1272,7
|
8,661
|
4,2
|
Eremerasa
|
45,01
|
18,614
|
413,6
|
4,435
|
4,2
|
Tompobulu
|
76,99
|
22,913
|
297,6
|
5,730
|
4,0
|
Pa’jukukang
|
48,9
|
29,017
|
593,4
|
7,075
|
4,1
|
Gantarangkeke
|
52,95
|
15,865
|
299,6
|
4,158
|
3,8
|
Jumlah
|
395,83
|
176,699
|
446,4
|
43,438
|
4,1
|
|
|
|
|
|
|
Grafik 2 perbandingan
jumlah penduduk 2008 sampai 2010
Dari data yang tertera diatas
maka dapat dilihat jumlah penduduk Kabupaten pada tahun terakhir yaitu 176,699 dengan luas daratan 395,83 km2
dan maka rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bantaeng yaitu 446,4/km2
orang. Disini dapat juga kita lihat
jumlah keanggotaan tiap keluarga yaitu 4,1 orang. Data diatas dapat
dilihat laju pertumbuhan penduduk kabupaten bantaeng tahun 2008-2009 sebesar
0,61 % dan pada tahun 2009-2010 maka dapat kita lihat bahwa penduduk kabupaten
bantaeng tidak mengalami peningkatan. Hal ini merupakan suatu keberhasilan
pemerintah Bantaeng dalam menekan laju pertumbuhan penduduknya.
Wilayah penyebaran
penduduk Kabupaten Bantaeng mayoritas mengarah ke kecamatan Bantaeng sebagai
ibu kota kabupaten Bantaeng, kemudian diikuti kecamatan bissappu dan
pa’jukukang dan diikuti oleh kecamatan lainnya. Proses penyebaran penduduk itu
biasanya dipengaruhi oleh beberapa
factor, antara lain tingkat pembangunan wilayah, keadaan geografis wilayah,
tingkat kesejahteraan wilayah, Jenis mata pencaharian maupun pola perilaku
msyarakat dalam wilayah tersebut.
Penyebaran penduduk Kabupaen Bantaeng mayoritas
mengarah ke Kecamatan Bantaeng yang memiliki kepadatan penduduk yang paling
tinggi, hal ini dikarenakan kecamatan Bantaeng merupakan sentra ekonomi dan
pemerintahan kabupaten Bantaeng. yang dimana mayoritas pola
kehidupan masyarakatnya cenderung bersifat urban dan Adat istiadat masyarakatnya sedang mengalami perubahan (
transisi ) dan mata pencaharian
masyarakat Kecamatan Bantaeng telah berada pada sector formal dan informal, penduduknya sudah beraneka ragam, sebagian besar
penduduknya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. dan cenderung meninggalkan kehidupan agraris. Dan
hal ini jelas bahwa sanya wilayah kecamatan Bantaeng sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan pemerintah maka akan sangat mempengaruhi penyebaran penduduk pada
kabupaten Bantaeng itu sendiri, hal ini dikarenakan pada dasarnya individu
maupun kelompok akan mengarah kesebuah wilayah dengan pembangunan yang maju,
pusat ekonomi dan pemerintahan yang dianggap sebagai wilayah yang dapat
mendorong individu maupun sebuah kelompok untuk dapat melakukan proses
mobilitas yang cepat. dengan Maka dengan
hal itu pada wilayahnya cukup padat dan merupakan wilayah yang memiliki jumlah
rumah tangga yang tertinggi dibandingkan kecamatan yang lain.
Melihat kecamatan
bantaeng sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bantaeng oleh
karenanya itu pada wilayahnya lahan pertanian dan perkebunan cenderung
dijadikan sebagai tempat pemukiman warga.
Sama halnya dengan
kecamatan Bantaeng sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, pada kecamatan
Bissappu juga merupakan wilayah dengan pembangunan yang merata
dengan Kecamatan Bantaeng, desa pada wilayah Bissappu juga dapat dikatakan desa yang telah maju dan Mata pencaharian penduduknya
sudah beraneka ragam, sebag. ian besar penduduknya bergerak di bidang
perdagangan dan jasa
Uluere sebagai
kecamatan yang dimana merupakan wilayah kedua terluas setelah kecamatan
Tompo’bulu yang hanya memiliki jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah
rumahtangga terendah, hal ini dikarenakan kecamatan uluere merupakan dataran
tertinggi dengan keadaan tanah yang sangat produktif di kabupaten bantaeng yang
pola kehidupan masyrakatnya yaitu bertani dan berkebun, dan wilayahnya juga
merupakan pusat pemberdayaan sumberdaya alam kabupaten bantaeng dan sebagai
Kawasan Agrowisata Kabupaten Bantaeng
kecamatan pa’jukukang
yang dimana wilayahnya merupakan wilayah pesisir yang mayoritas mata
pencaharian masyarakatnya adalah nelayan yang memilki jumlah rumahtangga yang
cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Dan desa-desa dalam kecamatan
ini dikategorikan sebagai desa nelayan.
Penyebaran penduduk di
Kabupaten Bantaeng juga cukup tinggi pada kecamatan Pa’jukukang. Hal ini juga
dikarenakan pada wilayah ini merupakan wilayah pengembangan kota Kabupaten
Bantaeng yang kemudian pada wilayah ini terdapat industri – industri yang
bergerak dibidang perikanan yang mempengaruhi masyarakat bantaeng itu sendiri
untuk bermukim di wilayah ini.
Table 6 Banyaknya Penduduk menurut Kelompok
umur dan Jenis Kelamin 2008
Penduduk Sex
Kependudukan
Ratio
Laki-laki Perempuan Jumlah
|
(1) (2) (3) (4) (5)
|
0 - 4 7.993 6.677 14.670 119,71
5 – 9 10.691 9.136 19.827 117,02
10 - 14 9.548 9.731 19.279 98,12
15 - 19 8.175 7.871 16.046 103,86
20 - 24 6.456 7.565 14.021 85,34
25 – 29 7.112 8.764 15.876 81,15
30 – 34 6.658 8.033 14.691 82,88
35 – 39 7.049 7.403 14.452 95,25
40 – 44 5.056 5.375 10.431 94,07
45 – 49 4.430 4.292 8.722 103,22
50 – 54 3.472 4.529 8.001 76,66
55 – 59 2.759 2.805 5.564 98,36
60 – 64 2,357 2.707 5.082 87,74
65 + 4.069 4.749 8.818
90,60
|
Jumlah 85.843 89.781 175.624 95,61
|
Grafik 3 piramida
penduduk Bantaeng tahun 2008
Table 7 Banyaknya Penduduk menurut Kelompok
umur dan Jenis Kelamin 2009
Penduduk Sex
Kependudukan
Ratio
Laki-laki Perempuan Jumlah
|
(1) (2) (3) (4) (5)
|
0 - 4 7.736 6.576 14.312 117,64
5 – 9 10.695 7.892 18.677 133,99
10 - 14 9.308 9.476 18.784 98,23
15 - 19 8.196 7.982 16.178 102,68
20 - 24 6.686 7.637 14.323 87,55
25 – 29 8.522 8.662 17.184 98,38
30 – 34 6.880 6.550 13.430 105,04
35 – 39 6.147 7.549 13.696 81,43
40 – 44 5.935 5.410 11.345 109,70
45 – 49 4.681 4.658 9.339 100,70
50 – 54 3.224 4.694 7.918 68,68
55 – 59 2.711 2.607 5.318 103,99
60 – 64 2.738 2.722 5.460 100,59
65 + 4.857 5.887 10.744 82,50
|
Jumlah 88.316 88.392 176.708 99,91
|
Grafik 4 piramida
penduduk Bantaeng Tahun 2009
Tabel 8 Banyaknya Penduduk menurut Kelompok
umur dan Jenis Kelamin 2010
Kelompok umur
|
Penduduk
|
Sex
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
0
– 4
|
8.088
|
7.916
|
16.004
|
102,2
|
5
– 9
|
9.599
|
9.033
|
18.632
|
106,3
|
10
– 14
|
9.580
|
9.323
|
18.903
|
102,8
|
15
– 19
|
7.318
|
7.528
|
14.846
|
97,2
|
20
– 24
|
6.688
|
7.594
|
14.282
|
88,1
|
25
– 29
|
7.723
|
8.791
|
16.514
|
87,9
|
30
– 34
|
7.191
|
7.818
|
15.009
|
92,0
|
35
– 39
|
6.916
|
7.466
|
14.382
|
92,6
|
40
– 44
|
5.720
|
6.461
|
12.181
|
88,5
|
45
– 49
|
4.703
|
5.081
|
9.784
|
92,6
|
50
– 54
|
3.782
|
3.860
|
7.642
|
98,0
|
55
– 59
|
2.562
|
2.782
|
5.344
|
92,1
|
60
– 64
|
2.064
|
2.441
|
4.505
|
84,6
|
65
+
|
3.657
|
5.014
|
8.671
|
72,9
|
Jumlah
|
85.591
|
91.108
|
176. 699
|
93,9
|
Grafik 5 piramida penduduk Kab. Bantaeng tahun
2010
Table 9 angka penduduk produktif dan non
produktif kabupaten Bantaeng tahun 2008-2010
Tahun
|
Jumlah
penduduk
|
0-14 tahun / %
|
15-64 tahun /
%
|
65 + / %
|
2008
|
175,624
|
53,776 / 31 %
|
112,859 / 64 %
|
8,818 / 5 %
|
2009
|
176,708
|
51,773 / 29,3%
|
114,191 /
64,6%
|
10,744 / 6,1%
|
2010
|
176,699
|
53,539 / 30%
|
114,489 / 65%
|
8,671 / 5%
|
Table 10 tingkat ketergantungan
penduduk kabupaten Bantaeng
DR = PENDUDUK
USIA 0-14+.65 TAHUN x 100%
PENDUDUK
USIA 15-64
Tahun
|
2008
|
2009
|
2010
|
Tingkat ketergantungan
|
55,46
|
54,75
|
54,34
|
Pada
table diatas maka kita dapat lihat tingkat ketergantungan penduduk tahun 2008 –
2010 terus mengalami penurunan, hal ini merupakan sebuah keberhasilan
pemerintah kabupaten itu sendiri.
Pada
tabel diatas kita dapat melihat jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng tahun 2010 berdasarkan
penggolongan umurnya. Pada umur 0-4 tahun jumlah anak laki-laki lebih besar
dari jumlah anak perempuan. Hal ini bisa terjadi karna beberapa faktor, (1)
anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu keluarga, oleh
karenanya keinginan untuk mendapaatkan anak laki- laki sangatlah besar karena
sumbangan tenaga yang dari anak laki – laki sangatlah diperlukan apa lagi dalam
lingkup masyarakat agraris. (2) anak laki-laki di anggap sebagai penerus
keluarga. Tapi dalam hal ini tidaklah merendahkan eksistensi dari anak
perempuan. Karna jika dilihat perbandingan di usia 0-4 tahun, perbandingan antara
anak laki – laki dan perempuan tidak terpaut jauh.
Berangkat
dari jumlah penduduk yang pada usia 0-4 tahun biasanya di dominasi oleh
laki-laki maka seiring bertambahnya usia penduduk maka sampai pada usia 5-9
tahun kemudian di dominasi pula oleh laki-laki. Pada usia 9-14 tahun penduduk
Kabupaten Bantaeng yang nyaris sama antara laki-laki dan perempuan, Pergeseran
perbandingan angka – angka tersebut juga dipengaruhi oleh angka kematian
penduduk, migrasi maupun urbanisasi penduduk.
Pada piramida penduduk Kabupaten
Bantaeng tahun 2008-2010 kita dapat melihat bagaimana gambaran penduduk
kabupaten bantaeng terlihat jelas jumlah penduduk kabupaten bantaeng usia 65+ cukup banyak dan dinominasi olek jenis
kelamin perempuan. Hal ini tidak lepas
dari program pembangunan pemerintah yang memberikan perhatian khusus kepada masyarakat
kabupaten bantaeng di bidang kesehatan. Selain itu penekanan angka kelahiran
kabupaten Bantaeng juga cukup berhasil melalui program KB yang dicanangkan oleh
pemerintah.
Sudah merupakan kebiasaan bahwa
penduduk yang berusia 15-64 tahun diperlakukan sebagai kelompok yang
menyediakan tenaga kerja secara ekonomis bekerja aktif. Kelompok tersebut
adalah “penduduk pada masa usia kerja”. Besarnya kelompok tersebut dalam
kaitannya dengan sisa penduduk, mencerminkan beberapa kondisi dimana standard
umur akan mendesak mata pencaharian penduduk. Di negara-negara yang tingkat
fertilitasnya secara relatif tinggi (dimana setiap tahun akan diperoleh
tambahan anak muda). Di negara agraris, tekanan terhadap kebutuhan hidup telah
memaksa kelompok penduduk yang masih muda untuk bekerja lebih awal, sedangkan
di arah industri malah lebih melambat.
Menurut seorang pakar
biologi dari Universitas Newcastle, Inggris, Tom Kirkwood
mengatakan banyak faktor lain yang menyebabkan usia hidup perempuan cenderung
lebih lama daripada laki-laki,terutama gaya hidup,sosial dan perilaku. Dan
biasanya laki-laki mempuyai beban tanggungan dalam sebuah rumahtangga dan hal
ini menjadikan laki–laki bekerja lebih dan cenderung mengandalkan kerja fisik
di bandingkan perempuan, dan hal ini sangat mencolok pada kehidupan masyarakat
desa. Berangkat dari kebiasaan – kebiasaan inilah maka akan sangat mempengaruhi
jumlah penduduk pada usia 65 +, yang
dimana di dominasi oleh perempuan.
Table 11 Banyaknya Penduduk Berumur 10 tahun Keatas
menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis kelamin 2009
Tingkat
Pendidikan
Laki-laki Perempuan Jumlah
|
(1)
(2)
(3) (4)
|
Tidak/belum
pernah sekolah 10.290 14.416 24.706
Tidak
punya 20.221 22.416 42.637
SLTA
8.191 6.159 14.350
D I –
D III
798
1.932 2.730
D
IV/S1/S3
2.397 1.774 4.172
|
Jumlah
65.556
75.151 140.707
|
Tabel. 12 Banyaknya Penduduk berumur 10 tahun Keatas
menurut Tingkat yang ditamatkan dan Jenis Kelamin 2010
Tingkat Pendidikan
|
Laki - Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
Tidak/belum
pernah sekolah
|
8853
|
12.799
|
21.652
|
Tidak
punya
|
19.974
|
22.173
|
42.147
|
SD
|
17.515
|
21.132
|
38.647
|
SLTP
|
9.605
|
8.709
|
18.314
|
SLTA
|
8.573
|
8.182
|
16.755
|
D
I – D III
|
1.303
|
2.025
|
3.328
|
D
IV/S1/S2/S3
|
1.664
|
2.048
|
3.712
|
Jumlah
|
67.487
|
77.068
|
144.555
|
Manusia adalah makhluk yang harus hidup bermasyarakat untuk
kelangsungan hidupnya, baik yang menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan
tindakannya serta agar dapat mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam
lingkungan manusia. Interaksi antar manusia tumbuh sebagai suatu keharusan oleh
karena kondisi kemanusiaannya seperti; kebutuhan biologis dan psikologis.
Kondisi manusia tersebut menuntut adanya kerjasama dengan manusia lain. Kodrat
manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial, menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk
organisasi sosial yang berdiri atas landasan simbiotik-sinergistik, saling
memberi manfaat atas dasar tingkah laku fisik, bersifat otomatis dan merupakan
komunikasi sosial.
Manusia
yang pada hakikatnya merupakan mahluk sosial yang dimana kemudian
mengharuskan manusia itu sendiri untuk
melakukan interaksi dan sosialisasi dengan mahluk lainnya. Kewajiban untuk
bersosialisasi inilah yang membuat manusia berbeda dari makhluk lain. Makhluk
lain tidak pernah berpikir untuk membuat hidupnya lebih baik dari sebelumnya.
Kainginan untuk berkembang menuju arah yang lebih baik inilah yang kemudian
menyebabkan manusia memerlukan pendidikan.
Istilah pendidikan
berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogiek yang asal katanya pais
berarti anak, gogos artinya membimbing atau tuntutan, dan iek artinya
ilmu. Jadi secara etimologi, paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan
cara memberi bimbingan kepada anak. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan
bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dalam arti luas pendidikan
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang
berlangsung sepanjang hayat.
Pembangunan
bidang pendidikan adalah bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain
dari pada itu pendidikan juga dijadikian sebuagai alat untuk melakukan
mobilitas sosial. Oleh karenanya pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Pendidikan merupakan sebuah upaya pembangunan yang di canangkan
pemerintah guna peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) dalam suatu Negara
karna dalam hal ini akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan
sosial , karena manusia merupakan pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut.
Partisipasi
penduduk dalam dunia pendidikan dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini
berkaitan dengan pembangunan program pendidikan yang telah dicanangkan
pemerintah untuk lebih meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenyah bangku
pendidikan. Dan juga peningkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh bangku
pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan penyediaan sarana
fisik dan nonfisik yang meliputi tenaga pendidik yang memadai.
New household economics berpendapat
bahwa bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu
(khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi
lebih mahal. Sehingga hal ini dapat mengurangi angka kelahiran .
Sedangkan Menurut
Bouge mengemukakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat
terhadap fertilitas dari pada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan
yang relative tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan
financial yang diperoleh seorang anak dibandingkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk membesarkannya.
Serupa
dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan teori fertilitas di
Negara-negara berkembang memberikan pemahaman bahwa seandainya harga relatif
atau biaya anak-anak meningkat akibat dari, misalnya, meningkatnya kesempatan
bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan, atau adanya
undang-undang mengenai batas usia minimum bagi anak-anak yang hendak bekerja,
maka keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak “tambahan”.
Para
orang tua akan tergerak untuk mementingkan kualitas daripada kuantitas anak,
atau memberi kesempatan kepada istri dan ibu untuk bekerja demi menunjang
pemeliharaan anak. Dengan demikian, salah satu cara untuk mendorong para
keluarga agar menginginkan sedikit anak adalah dengan memperbesar kesempatan di
bidang pendidikan dan membuka lapangan-lapangan pekerjaan berpenghasilan tinggi
kepada kaum wanita.
Penelitian
mengenai kaitan pendidikan dengan wanita dengan kesuburan di beberapa Negara,
sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan bahwa adanya kaitan yang erat
antara tingkat pendidikan dengan fertilitas dalam hal ini pada tingkat
kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan yang
mengakibatkan penurunan pada fertilitas. Di beberapa Negara, meluasnya
kepandaian baca-tulis mengurangi anaknya kira-kira 1,5 atau kira-kira
sepertiga.
Ada beberapa penjelasan yang diketengahkan mengenai
peran pendidikan dalam menurunkan besar keluarga. Pendidikan dapat mempengaruhi
pandangan hidup dan tata nilai orang sedemikian rupa sehingga ia tidak begitu
saja lagi menerima tata cara bertingkah laku tradisional orang tuanya atau
tokoh orang tua yang lain. Orang berpendidikan atau pandai baca-tulis lebih
terbuka pada pikiran-pikiran baru dan lebih banyak mempuyai kesempatan untuk
bertemu muka dengan “penyalur perubahan” seperti para perencana bidang
kesehatan atau penasehat program keluarga berencana. Pendidikan yang makan
waktu lama kemungkinan besar akan menyebabkan perkawinan tertunda dan membuka
pilihan antara bekerja dan membesarkan anak. Pendidikan yang lebih tinggi
mungkin pula berarti kehidupan ekonomi yang lebih terjamin, dan ini biasanya
berarti keluarga yang lebih kecil. Semua penjelasan ini menolong kita memahami mengapa
ada kaitan yang sangat erat antara kaitan pendidikan wanita dan besar keluarga .
Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah
(terutama pada daerah pertanian dan pesisir), anak-anak dianggap sebagai sumber
tenaga kerja dan sumber pendapatan yang penting bagi keluarga. Selain itu, anak
dinilai sebagai investasi hari tua atau sebagai komoditas ekonomi yang dapat
disimpan di kemudian hari. Hal tersebut merupakan hubungan positif antara
penghasilan dengan nilai anak. Berkorelasi negatif apabila penghasilan yang
tinggi akan menilai anak bukan sebagai potensi, modal atau rezeki. Mereka
menilai anak sebagai beban dalam keluarga. Sehingga semakin tinggi penghasilan
maka persepsi nilai anak akan berkurang sehingga fertilitas akan menurun.
Pada table diatas menunjukkan
penduduk kabupaten Bantaeng dengan usia 10 tahun keatas berdasarkan pendidikan
yang ditamatkan. Maka kita dapat melihat jumlah penduduk kabupaten yang
belum/tidak pernah mengenyah pendidikan berjumlah sangat besar.
Kalau kita melihat
mengapa anak putus sekolah tentunya tidak akan terlepas dari beberapa hal yang
mempengaruhi sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah, wajar saja terjadi
karena anak dihadapkan oleh beberapa kendala, baik yang datang dari diri
sendiri maupun yang datang dari luar diri anak yaitu lingkungan.
Hal-hal yang
mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang tua,
lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi
lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.
Sebelum
tahun 2008, Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu daerah miskin yang ada di
Sulawesi selatan dengan angka pengangguran yang cukup besar. Jika ditinjau maka
dapat diketahui banyak rumahtangga dikabupaten Bantaeng merupakan keluarga dengan
pendapatan ekonomi lemah. Dan dengan latar belakang pendidikan orang tua yang
juga tidak bersekolah, serta pandangan
Masyarakat yang terpencil atau masyarakat yang tradisional juga beranggapan
bahwa sekolah itu pada dasarnya sedikit sekali yang sesuai dengan kehendak
mereka, misalnya begitu tamat sekolah langsung mendapatkan pekerjaan, sekolah
hendaknya tidak memerlukan biaya yang banyak, dan tidak memerlukan waktu yang
terlalu lama. dan Pada umumnya masyarakat yang terbelakang atau dengan
kata lain masyarakat tradisional mereka kurang memahami arti pentingnya
pendidikan, sehingga kebanyakan anak-nakan mereka tidak sekolah dan kalau
sekolah kebanyakan putus di tengah jalan.
Table 13 angka
bayi lahir hidup dan mati dan kematain Penduduk berdasarkan kecamatan 2010
Kecamatan
|
Bayi lahir hidup dan mati
|
Penduduk meninggal
|
Lahir hidup
|
Lahir mati
|
Pria
|
Wanita
|
Jumlah
|
Bisappu
|
551
|
7
|
28
|
30
|
58
|
Tompobulu
|
265
|
2
|
32
|
45
|
77
|
Eremerasa
|
344
|
3
|
48
|
43
|
91
|
Gantarangkeke
|
208
|
2
|
51
|
26
|
77
|
Pa’jukukang
|
664
|
17
|
11
|
13
|
24
|
Bantaeng
|
634
|
10
|
62
|
33
|
95
|
Uluere
|
175
|
4
|
-
|
-
|
-
|
Sinoa
|
212
|
2
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
3037
|
43
|
232
|
190
|
422
|
Pada table tabel diatas menunjukkan
setiap 1000 / keliharian bayi di kabupaten bantaeng terdapat 14 kematian bayi.
Namun hal ini sudah sangat berbanding jauh, ini dapat dilihat karena
peningkatan kesehatan dan penyediaan tenaga – tenaga medis dan tenaga pembantu
kelahiran dikabupaten bantaeng juga sudah memadai. Serta perhatian khusus juga
telah diberikan pemerintah kabupaten bantaeng dalm hal kesehatan masyarakat.
Table 14 Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Kewarganegaraan 2010
Warga Negara
Indonesia Warga Negara
Asing
Kependudukan
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan
Jumlah
|
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
|
Bisappu 16.288 16.536 32.824 - - -
Uluere 3.167 3.086 6.253 - - -
Sinoa 5.171 5.162 10.333 - - -
Bantaeng 22.209 21.989 44.198 - - -
Eremerasa 10.242 10.018 20.260 - - -
Tompobulu 9.782 9.834 19.616 - - -
Pa’jukukang 13.541 13.760 27.301 - - -
Gantarangkeke 7.916 8.007 15. 923 - - -
|
Jumlah 88.316 88.392 176.708 - - -
|
|
Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lainnya. internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
·
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke
negara lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut
imigran.
·
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke
negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.
Pada
dasarnya ada 3 hal penting yang menyebabkan manusia memutuskan untuk melakukan migrasi
yaitu:
·
alasan ekonomi,
·
alasan politis,
·
alasan agama.
Tabel diatas
menunjukkan bahwa tidak adanya warga asing yang menetap dalam wilayah kecamatan
yang ada pada kabupaten Bantaeng. Mungkin saja dalam hal ini kegiatan –
kegiatan politis maupun kegiatan – kegiatan perekonomian di kelola oleh
pemerintah maupun masyarakat Bantaeng itu sendiri. Tapi ini tidak dapat
dikatakan bahwa kegiatan politis maupun perekonomian Kabupaten Bantaeng tidak
melakukan kerja sama dengan Negara lain. Karna Kabupaten Bantaeng juga
melakukan kerja sama dibidang politis maupun pembangunan perekonomian dengan
kota / kabupaten lain dan Negara – Negara lain.
Table 15 Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Agama 2010
Kecamatan Islam Katolik Kristen Hindu
Budha Lainnya Jumlah
|
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
|
Bisappu 32.742 29 47 6 - - 32.824
Uluere 6.253 - - - - - 6.253
Sinoa 10.333 - - - - - 10.333
Bantaeng 43.733 179 251 - 35 - 44.198
Eremerasa 20.252 - - - - - 20.260
Tompobulu 19.611 - - - - - 19.616
Pa’jukukang 27.291 - - - - - 27.301
Gantarangkeke 15.923 - - - - - 15.923
|
Jumlah 176.138 208 321 6 35 - 176.708
|
Tebel 1.5
menunjukkan 99.68 % penduduk bantaeng beragama islam dan 0.30 % merupakan
penduduk beragama Kristen dan 0.02 merupakan penduduk beragama hindu dan budha.
Hanya dua kecamatan yang didalamnya terdapat masyrakat non muslim, dan
kecamatan yang lainnya merupakan penduduk muslim. Hal ini menunjukkan keadaan
budaya lokal kebupaten bantaeng yaitu budaya islam.
Norma - norma dan adat istiadat masyrakat Kabupaten
Bantaeng tentunya tidak akan lepas dari kehidupan beragama masyarakatnya itu
sendiri Dan Kegiatan – kegiatan
masyarakat bantaeng baik perekonomian dan perpolitikan tentunya tidak akan
lepas dari kegiatan – kegiatan religi yang notabenenya adalah islam.
Dahulunya
Kabupaten Bantaeng jajahan Kerajaan merupakan daerah Gowa yang dimana Kerajaan
Gowa sangat terkenal dalam kegiatan – kegiatan perdagangannya dan proses
penyebaran agama Islam itu sendiri dahulunya melalui jalur pedagangan . Maka
berangkat Dari hal inilah, tidak heran jika beberapa Kabupaten yang ada di
Sulawesi selatan serta Kabupaten Bantaeng Hampir keseluruhan penduduknya
beragama islam.
C.
Analisis
Perbandingan penduduk Kabupaten Bantaeng dan Sulawesi selatan.
Tablel
16 perbandingan jumlah penduduk kabupaten
bantaeng dan Sulawesi selatan
Kabupaten / Propinsi
|
2008
|
2009
|
2010
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
1.
Bantaeng
|
175,624
|
176,708
|
176,699
|
Pertumbuhan %
|
-
|
0,61
|
-0,0050
|
2.
Sulawesi
Selatan
|
7,805,024
|
7,908,519
|
8,034,776
|
Pertumbuhan %
|
-
|
1,33
|
1,60
|
Secara absolute, jumlah
penduduk kabupaten bantaeng mengalami peningkatan sebesar 1,057 jiwa selama
periode 2008 sampai dengan 2010 dengan ringkat pertumbuhan penduduk sebesar
0.61 %. Jika di bandingkan dengan laju penduduk Sulawesi selatan, pertumbuhan penduduk
kabupaten Bantaeng selama 3 tahun terakhir terkesan lebih lambat. Hal ini
merupakan suatu prestasi yang telah oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam
usaha menurunkan laju pertumbuhan penduduk.
Tablel 17 perbandingan tingkat ketergantungan penduduk
kabupaten bantaeng dan Sulawesi selatan
Kabupaten / provinsi
|
2008
|
2009
|
2010
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
bantaeng
|
53,12
|
54,59
|
54,34
|
Sulawesi-selatan
|
59,48
|
57,89
|
57,53
|
Dalam table 17 ; bahwa
tingkat keterantungan penduduk kabupaten Bantaeng sekitar 55 sedangkan Sulawesi
Selatan sekitar 58 persen. Artinya, di kabupaten bantaeng dalam 100 orang
produktif menaggung beban social ekonomi sekitar 55 orang yang tidak produktif
; dengan kata lain bahwa dalam 1
keluarga yang beranggotakan 6 orang terdapat 2 orang yang berusia produktif
(bekerja), sehingga orang tersebut harus memikul tanggung jawab secara ekonomi
D.
Analisa
perbandingan kependudukan Indonesia dan Kabupaeten Bantaeng tahun 2010.
Table 18 Penduduk Indonesia Tahun
2010
umur
|
Jumlah
|
laki-laki
|
Perempuan
|
0 - 4
|
9.980.000
|
9.710.000
|
5 - 9
|
9.880.000
|
9.650.000
|
10 - 14
|
9.810.000
|
9.590.000
|
15 - 19
|
10.600.000
|
10.390.000
|
20 - 24
|
10.980.000
|
10.800.000
|
25 - 29
|
10.570.000
|
10.370.000
|
30 - 34
|
10.390.000
|
10.040.000
|
35 - 39
|
9.270.000
|
8.980.000
|
40 - 44
|
8.020.000
|
7.970.000
|
45 - 49
|
6.840.000
|
6.940.000
|
50 - 54
|
5.890.000
|
6.100.000
|
55 - 59
|
4.500.000
|
4.850.000
|
60 - 64
|
3.180.000
|
3.550.000
|
65 - 69
|
2.520.000
|
2.990.000
|
70 - 74
|
1.810.000
|
2.300.000
|
75+
|
1.610.000
|
2.290.000
|
total
|
115.850.000
|
116.52.0000
|
Grafik
6 piramida penduduk Indonesia
tahun 2010
Table 19 jumlah penduduk Kab. Bantaeng tahun
2010
Kelompok umur
|
Penduduk
|
Sex
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
0
– 4
|
8.088
|
7.916
|
16.004
|
102,2
|
5
– 9
|
9.599
|
9.033
|
18.632
|
106,3
|
10
– 14
|
9.580
|
9.323
|
18.903
|
102,8
|
15
– 19
|
7.318
|
7.528
|
14.846
|
97,2
|
20
– 24
|
6.688
|
7.594
|
14.282
|
88,1
|
25
– 29
|
7.723
|
8.791
|
16.514
|
87,9
|
30
– 34
|
7.191
|
7.818
|
15.009
|
92,0
|
35
– 39
|
6.916
|
7.466
|
14.382
|
92,6
|
40
– 44
|
5.720
|
6.461
|
12.181
|
88,5
|
45
– 49
|
4.703
|
5.081
|
9.784
|
92,6
|
50
– 54
|
3.782
|
3.860
|
7.642
|
98,0
|
55
– 59
|
2.562
|
2.782
|
5.344
|
92,1
|
60
– 64
|
2.064
|
2.441
|
4.505
|
84,6
|
65
+
|
3.657
|
5.014
|
8.671
|
72,9
|
Jumlah
|
85.591
|
91.108
|
176. 699
|
93,9
|
Grafik 7 piramida
penduduk kabupaten Bantaeng tahun 2010
Dari
Tabel 18 dapat diketahui jumlah penduduk Indonesia terus mengalami pertambahan penduduk. Jika kita melihat
diagram piramida penduduk Indonesia berdasaarkan usia penduduk tahun 2010 maka
dapat diketahi bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2010 maka dapat dikatakan
laju penduduknnya di akibatkan oleh angka kelahiran yang sangat tinggi. Dan
jumlah penduduk pada usia 65 + sangat minim, hal ini di sebabkan keterbatasan
pemerintah dalam menangani angka kelahiran dan dan angka kemaatian penduduk, Dan
pada table 18 ; kita dapat melihat dimana penduduk pada usia
0-10 tahun telah mengalami penyusutan dari tahun – tahun sebelumnya, hal ini
merupakan sebuah akibat dari upaya pemerintah dalam menekan angka kependudukan
melalui penekanan angka kelahiran.
Pada awal tahun 1980 –an, peremerintah kemudian
mencanagkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya menekan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Dan pemerintah banyak mencanangkan program
pembangunan hal kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dan hasilnya dapat dilihat
dari piramida kependudukan Indonesia pada grafik
7.
Berbeda dengan gambaran piramida penduduk Indonesia,
pada grafik 8 ; pramida penduduk
kabupaten bantaeng tahun 2010, dapat dilihat dimana bentuknya lebih acak,
dengan angka kelahiran yang masih cukup tinggi jika dilihat penduduk pada usia
0-14 tahun, mamun pada penduduk usia produktifnya mengalami penyusutan. Berbeda
dengan piramida penduduk Indonesia yang dimana penumpukan penduduk terjadi pada
usia produktif. Dalam hal ini Kabupaten bantaeng yang secara umum mata
pencaharian penduduknya merupakan petani justru kekurangan penduduk pada usia
produktifnya, maka dapat berpengaruh besar pada angka ketergantungan
penduduknya. Dan pada penduduk kabupaten bantaeng dengan usia lanjut
presentasnya lebih besar dibandingkan penduduk Indonesia.
Table 20 perbandingan penduduk Indonesia dan Kab. Bantaeng dengan
beberapa kategori tahun 2010.
Kategori
|
Indonesia
|
Bantaeng
|
penduduk 2010
|
presentase
|
penduduk 2010
|
presentase
|
Balita (0 – 4 tahun )
|
19.690.000
|
8.47
|
16.004
|
9.06
|
Anak ( 5 – 9 tahun)
|
19.530.000
|
8.4
|
18.632
|
10.54
|
Remaja
(10 – 19)
|
40.390.000
|
17.38
|
33.749
|
19.10
|
Dewasa
( 20 – 29)
|
42.720.000
|
18.38
|
30.796
|
17.43
|
Wus (
15 – 49 )
|
65.490.000
|
50.94
|
50.379
|
55.30
|
Penduduk Usia kerja ( 15 + )
|
177.500.000
|
74.77
|
114.489
|
64.79
|
Usia lanjut
( 60 + )
|
20.250.000
|
8.71
|
8.671
|
4.91
|
jumlah penduduk
|
232.370.000
|
|
176.699
|
|
Grafik 8 perbandingan penduduk Indonesia dan
bantaeng tahun 2010
Pada
table 20 dan grafik 9 merupakan gambaran perbandingan penduduk kabupaten
Bantaeng dan Indonesia, pada penduduk
usia kerja Indonesia dengan presentase 75% dan kab.bantaeng 65%. Dan pada data
diatas dapat dilihat bahwa angka kelahiran pada kbupatren bantaeng terkesan
lebih besar Dari angka kelahiran di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada
presentase penduduk balita dan anak pada grafik diatas.
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Dalam era globalisasi saat ini
dimana perubahan teknologi dan perkembangan IPTEK turut memberikan pengaruh yang
besar terhadap laju pertumbuhan penduduk di dunia pada umumnya dan di Indonesia
pada Khususnya..
Indonesia merupakan salah satu Negara di Benua Asia dengan
jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 mencapai
237,641,326 yang terdiri atas 119,630,913 penduduk laki-laki dan 118,010,413
penduduk perempuan. Indonesia
memiliki laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, dalam hal ini dimana
penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terus bertambah.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5
juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan
maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau
sebesar 0,27 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka
setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam
terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan
penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan
penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan
oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.
Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena
anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang
diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua tiga dan
seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah
sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang
dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang
tua.
Ekonomi kependudukan mikro, yaitu dari sudut
pandangan orang tua atau dari satuan keluarga telah menganggap anak sebagai
barang konsumsi tahan lama seperti mobil, rumah, televisi dan sebagainya, yang
dapat memberikan kepuasan dalam waktu yang lama. Setiap orang (dalam hal ini
orang tua), telah memiliki sumber-sumber yang terbatas dan berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan kepuasan dengan memilih antara berbagai barang,
termasuk pilihan jumlah anak yang diinginkan. Dengan pendekatan ini sulit
diterangkan mengapa meningkatnya penghasilan justru menyebabkan turunnya
fertilitas. Salah satu jawabannya adalah bahwa dengan meningkatnya penghasilan,
orang tua ingin agar anaknya bependidikan lebih tinggi, sehingga mereka lebih
memilih kualitas dari pada kuantitas anak (Jones dalam Lucas; 1990). Dasar
pemikiran yang utama dari teori transisi demografi adalah bahwa sejalan dengan
diadakannya pembangunan sosial ekonomi, maka keinginan mempunyai anak lebih
merupakan suatu proses ekonomis daripada proses biologi .
Menurut pendekatan lain yang lebih sesuai dengan
keadaan di negara berkembang, anak dianggap sebagai barang investasi atau
aktivaekonomi. Orang tua berharap kelak menerima manfaat ekonomi dari anak.
Manfaat ini akan nampak jika anak bekerja tanpa upah di sawah atau usaha milik
keluarga atau memberikan sebagian penghasilannya kepada orang tua ataupun
membantu keuangan orang tua . Bila
anak dianggap sebagai barang konsumsi yang tahan lama atau barang investasi,
maka perlu dipikirkan berapa nilainya. Ada dua macam beban ekonomi anak menurut Robinson dan Horlacher yaitu ; beban
finansial atau biaya pemeliharaan langsung, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh orang tua untuk makanan, pakaian, rumah, pendidikan dan perawatan
kesehatan anak; dan biaya alternatif (opportunity cost) atau biaya tidak
langsung yaitu biaya yang dikeluarkan atau penghasilan yang hilang karena
mengasuh anak. Apabila seorang isteri melepaskan pekerjaannya ketika anak-anak
masih kecil, maka orang tua akan kehilangan gaji yang seharusnya diterima jika istri
bekerja. Bila seorang istri terus bekerja, ia harus membayar biaya pengasuhan
anak dan ini juga merupakan biaya aternatif.
Menurut Judith Blake dalam Robinson
mengatakan masalah ekonomi adalah masalah sekunder bukan masalah normative,
jika kaum miskin mempunyai anak lebih banyak dari pada kaum kaya, hal ini
disebabkan karena kaum miskin lebih kuat dipengaruhi oleh norma-norma pronatalis dari pada kaum kaya.
Di Indonesia,
sebagaimana kondisi negara-negara berkembang lainnya, kemiskinan
merupakan salah satu masalah yang masih menjadi primadona. Kemiskinan merupakan
ancaman pembangunan yang tidak bisa diremehkan karena kemiskinan merupakan akar
dari berbagai permasalahan sosial yang apabila tidak disikapi dengan teliti
akan bermetamorfosis menjadi masalah kriminalitas. Oleh karena itu, pada level
tertentu, kemiskinan bukan lagi masalah pemerintah dan mereka yang hidup pada
garis kemiskinan tetapi juga menjadi masalah masyarakat secara umum.
Tak lepas dari itu Kabupaten
Bantaeng yang terletak di propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan daerah yang
tiap tahunnya terjadi pertambahan penduduk. Dengan jumlah penduduk yang pada
tahun 2010 yaitu mencapai 176,708 jiwa. Hal ini
dipengaruhi oleh angka kelahiran, kemeatian (mortalitas ) dan migrasi di
kabupaten Bantaeng itu sendiri. Dan tentunya ini sangat berhubungan dengan
kondisi demografi kabupaten bantaeng.